Kamis, 20/01/2011 06:36 WIB
Gayus Berani Curhat karena Merasa 'Bebas' dari Polisi
Lia Harahap - detikNews
Menurut psikolog forensik Universitas Bina Nusantara Jakarta, Reza Indragiri Amriel, kemungkinan besar Gayus berani bernyanyi lantang karena merasa dirinya telah 'bebas'. Bukan bebas menghirup udara segar, melainkan karena dia tidak lagi di bawah pengawasan ketat polisi seperti saat menjadi tahanan di Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok.
"Dulukan dia saat di Mako Brimob di bawah pengawasan ketat kepolisian yang memungkin berkomunikasi dengan Satgas (Pemberantasan Mafia Hukum), yang membuat dia sulit 'bernyayi'. Selain itu juga kalau mendapatkan akses informasi di tempat itu kan juga susah," kata Reza saat berbincang dengan detikcom, Kamis (20/1/2011).
Reza melihat perubahan mantan pegawai Ditjen Pajak tersebut sejak dipindahkan ke LP Cipinang. Dikatakan dia, tanpa pengawalan ketat polisi dipastikan Gayus akan lebih lantang berbicara.
"Dulu (saat di Mako Brimob) Gayus sering mengaitkan ke publik kasusnya ini ada hubungan dengan tokoh politik tertentu, tapi belakangan ketika dia di pindah ke Cipinang, di luar pengawasan polisi di justru bernyanyi lebih banyak. Karena secara psikologis seorang kriminal akan lebih terbuka setelah lepas dari pengawasan ketat polisi," jelasnya.
Gayus memang dianggap pembohong karena suka menyampaikan pernyatan yang berubah-ubah. Namun, untuk curhatannya yang kali ini tidak ada salahnya untuk dipercaya.
"Bisa saja nyanyian Gayus yang kemarin (usai persidangan) adalah fakta yang sesungguhnya. Harusnya, dengan dikeluarkannya Gayus dari tahanan Mako Brimob, menjadi alasan untuk mempercepat mengusut masalah ini," kata Reza.
Reza juga menjelaskan, sikap kuasa hukum Gayus, Adnan Buyung Nasution yang tenang menanggapi pengakuan Gayus kemarin bisa menjadi bukti kalau kali Gayus tak sedang bersandiwara. Institusi penegak hukum harus bergerak untuk mengkroscek kebenarannya.
"Sebelumnya Gayuskan pernah membohongi Buyung soal plesiran, dan saat itu dia marah besar, tapi saat konpers kemarin sikap Buyung menunjukkan Gayus nggak bohong, Buyung tidak menunjukkan kegusaran dan kemarahan. Jadi kita pantas menaruh harapan apa yang sesungguhnya terjadi dalam kasus ini dengan pengakuan itu," imbuhnya.
Reza menyarankan agar tahanan yang bermasalah dengan institusi penegak hukum ada baiknya tidak lagi di tahan di Mako Brimob. Sebab, kondisi yang ketat justru membuat tahanan cenderung bermain aman.
"Saya heran kenapa kasus besar yang berhubungan dengan institusi hukum secara sengaja atau tidak ditahan di Mako Brimbo, kenapa nggak dimasukkan ke Cipinang saja biar mereka lebih bebas bernyanyi. Saya sarankan tahanan atau terdakwa seperti ini, tidak berlama-lama di rutan yang masih dalam pengawasan polisi, toh tetap bisa disogokkan," tandasnya.
Gayus Berani Curhat karena Merasa 'Bebas' dari Polisi
Lia Harahap - detikNews
Jakarta - Usai divonis 7 tahun bui oleh PN Jakarta Selatan, terdakwa mafia pajak Gayus Tambunan curhat kepada media tentang ketidakadilan yang dia rasakan. Banyak pihak yang meragukan curhatan Gayus kala itu. Sebab, Gayus acap kali berbohong dan berubah-ubah dalam menyampaikan keterangan.
Menurut psikolog forensik Universitas Bina Nusantara Jakarta, Reza Indragiri Amriel, kemungkinan besar Gayus berani bernyanyi lantang karena merasa dirinya telah 'bebas'. Bukan bebas menghirup udara segar, melainkan karena dia tidak lagi di bawah pengawasan ketat polisi seperti saat menjadi tahanan di Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok.
"Dulukan dia saat di Mako Brimob di bawah pengawasan ketat kepolisian yang memungkin berkomunikasi dengan Satgas (Pemberantasan Mafia Hukum), yang membuat dia sulit 'bernyayi'. Selain itu juga kalau mendapatkan akses informasi di tempat itu kan juga susah," kata Reza saat berbincang dengan detikcom, Kamis (20/1/2011).
Reza melihat perubahan mantan pegawai Ditjen Pajak tersebut sejak dipindahkan ke LP Cipinang. Dikatakan dia, tanpa pengawalan ketat polisi dipastikan Gayus akan lebih lantang berbicara.
"Dulu (saat di Mako Brimob) Gayus sering mengaitkan ke publik kasusnya ini ada hubungan dengan tokoh politik tertentu, tapi belakangan ketika dia di pindah ke Cipinang, di luar pengawasan polisi di justru bernyanyi lebih banyak. Karena secara psikologis seorang kriminal akan lebih terbuka setelah lepas dari pengawasan ketat polisi," jelasnya.
Gayus memang dianggap pembohong karena suka menyampaikan pernyatan yang berubah-ubah. Namun, untuk curhatannya yang kali ini tidak ada salahnya untuk dipercaya.
"Bisa saja nyanyian Gayus yang kemarin (usai persidangan) adalah fakta yang sesungguhnya. Harusnya, dengan dikeluarkannya Gayus dari tahanan Mako Brimob, menjadi alasan untuk mempercepat mengusut masalah ini," kata Reza.
Reza juga menjelaskan, sikap kuasa hukum Gayus, Adnan Buyung Nasution yang tenang menanggapi pengakuan Gayus kemarin bisa menjadi bukti kalau kali Gayus tak sedang bersandiwara. Institusi penegak hukum harus bergerak untuk mengkroscek kebenarannya.
"Sebelumnya Gayuskan pernah membohongi Buyung soal plesiran, dan saat itu dia marah besar, tapi saat konpers kemarin sikap Buyung menunjukkan Gayus nggak bohong, Buyung tidak menunjukkan kegusaran dan kemarahan. Jadi kita pantas menaruh harapan apa yang sesungguhnya terjadi dalam kasus ini dengan pengakuan itu," imbuhnya.
Reza menyarankan agar tahanan yang bermasalah dengan institusi penegak hukum ada baiknya tidak lagi di tahan di Mako Brimob. Sebab, kondisi yang ketat justru membuat tahanan cenderung bermain aman.
"Saya heran kenapa kasus besar yang berhubungan dengan institusi hukum secara sengaja atau tidak ditahan di Mako Brimbo, kenapa nggak dimasukkan ke Cipinang saja biar mereka lebih bebas bernyanyi. Saya sarankan tahanan atau terdakwa seperti ini, tidak berlama-lama di rutan yang masih dalam pengawasan polisi, toh tetap bisa disogokkan," tandasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar